Kumpulan puisi cinta: Keranda cinta

Sabtu, 12 Mei 2012

Keranda cinta


Tak pernah kubayangkan aku terdepak seperti ini. Luluh lantakkan hariku mengisi puisi hati yang selama ini mengiringi hatiku bernyanyi.
Nyanyian cinta yang selalu ku dendangkan bersamanya.
Aku tak tahu mengapa Tuhan tak mengijinkanku meniti hidup bersamanya. Meski titian yang kami lewati tidaklah kecil.
Onak dan duri berhasil kami lalui dengan perjuangan dan keyakinan. Aku mencintainya dengan apa adanya. Begitu juga dengan dirinya yang mencintaiku dengan sederhana. Banyak air mata tertumpah manakala harus menyusuri tepian hati yang berusaha memisahkan cinta kami. Tak banyak yang dapat kami ceritakan dari awal sampai ahkirnya kami harus berpisah. Aku tahu, kami hanya seorang hamba Allah yang mengikuti garis nasib bersama takdir. Dan aku salah satunya makluk yang tak kuasa melawan takdir itu.

Kau pergi meninggalkanku membawa sejuta luka dan kesakitan. Hanya batu nisan bertahtakan nama serta gundukan tanah merah yang masih membasah. Tak kuasa ku tumpahkan air mata, apalagi jeritan hati. Kepasrahanku pada nasib tak mampu ku ukur. Keikhlasanku melepasmu setinggi gunung. Dan aku mencoba menerima kenyataan ini seluas samudra.

Pergilah kasih...
Pergilah bersama pintalan do'a-do'aku.
Pergilah bersama untaian keikhlasanku. Aku bersamamu meski kini kita beda dunia. Aku bersamamu meski kita tak lagi berdua.

Kan kusimpan benih cinta yang pernah tumbuh.
Kan kusimpan pupuk cinta yang pernah menyuburkan kesetiaan kita.
Kan kujaga kesucian cinta kita sampai ke ujung nyawa.
Dan kan kusiram cinta kita sampai ku membenam di dasar bumi.
Aku mencintaimu di setiap desah nafasku.
Aku menyayangimu di setiap detak jantungku.
Dan aku mengasihimu seiring aliran darahku.

Keranda ini menjadi saksi bisu berahkirnya kisah cinta ini.
Keranda cinta ini jadi saksi terkulainya jasadmu.
Kan kusimpan rinduku di dalam keranda cinta.
Keranda cinta kita berdua.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda


widgets